Sabtu, 28 Februari 2009

Realita, harapan dan impian (bag.2/Masjid)

Sebenarnya lagi ga pengen nulis blog hari ini, tapi karena lagi nganggur dan kewajiban meng-antar jemput adik2 saya gugur karena mereka berdua ga masuk sekolah (alias males), lagian cuma se-jam disekolah, "ribet di siap-siapnya doang" hemat saya. Jadinya ya saya jalan aja ke Warnet, hehehe

Kita lanjutkan cerita saya lagi ya?
Sampai mana ya? Oiya, ke kantor polisi..
Sebenarnya sih tas saya ga penting-penting banged, tapi jadi penting karena isinya itu, duh bikin nyesek banged deh mikirinnya. Kalau ga salah isi tas saya yang telah raib diambil tangan-tangan yang tak bertanggung jawab itu antara lain:
1. Baju salin dan kawan2nya (tau lah)
2. Walkman (gila jadul amat saya ya?hehe)
3. Buku latihan soal (yang sebenarnya ga pernah dibaca, tapi cuma diunjuk-unjukkin
doank ke temen2 saya di sekolah, hehehe)
4. Uang 3000 perak
5. Buku Dialog Peradaban (Anis Matta-Ary Ginanjar)
6. Dan yang paling penting ---> Kartu Tanda Peserta Ujian !!

Nah, yang ke 6 itulah yang paling penting dan bodohnya saya lagi, saya taruh itu di dalam tas!! Dan jadilah saya ke kantor polisi untuk membuat surat berita kehilangan Kartu itu. Arghh,,

Selama dalam perjalanan menuju kantor polisi, saya mengobrol dengan Bapak pengurus Masjid yang baik hati ini, dari logatnya tampaknya beliau bukan asli dari tanah Jawa dan ketika saya tanyakan ternyata benar, beliau dari Sumatera. Ikut JT (kelompok kaum muslimin yang berjuang untuk memakmurkan Masjid, barokallah Pak) dan akhirnya menetap di Jogja sudah 4 tahun (kalo ga salah inget,hehehe). Ditemaninya lah saya juga ke toko pakaian untuk membeli baju untuk ujian dan alat-alat tulis. Makasih banged ya Pak? Semoga Bapak selalu dirahmati Allah, aminn.. (dan maaf Pak, saya lupa nama Bapak, hehehe). Saya juga selalu dinasihati agar selalu berhati-hati dimanapun agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi menimpa saya. Dan akhirnya surat tanda kehilangan itu pun jadi...

Sebenarnya sih menurut saya, posisi tas yang saya taruh di belakan kaki saya persis sudah mengikuti prosedur yang ada, dalam artian bahwa saya pasti bisa merasakan adanya perubahan dalam pergerakan tas bila terjadi, yah mungkin kondisi Masjid yang terletak di daerah Jogja yang terkenal se-antero dunia (Malioboro) dan juga saya yang sotoy (apa lagi ini?) dan ngeyel (??), maka hilanglah barang-barang yang bersatu dalam tas saya itu.

Dan sekitar jam 9 malam, tibalah 2 sosok pemuda yang turun dari yang kemudian diparkir di pelataran parkir Masjid, ternyata mereka dari Solo (kalo g salah) dan tujuannya sama dengan saya: hendak mengikuti ujian juga. Maka jadilah kami bertiga menginap di Masjid. Sempat ngerasa bosen juga di Masjid akhirnya sekitar jam 11 kami lompat pagar Masjid (hehehe, bandel yaa?) dan jalan-jalan melihat-lihat Malioboro kala malam, ahhh seandainya saya bisa seperti ini dengan teman-teman akrab saya.... Oiya, saya juga membeli tas kecil sekedar untuk menyimpan alat2 tulis dan lain2..

Dan setelah itu kembali ke Masjid (atau lebih tepatnya kompleks DPRD Jogja) kemudian tak lama kami terlelap meskipun ga lelap-lelap amat, banyak nyamuk sih, hehehe

Realita, harapan dan impian terkadang tak berjalan seiring. Buat saya, Allah telah menggariskan jalan hidup saya. Dan juga tercipta sebuah keadaan dimana saya dapat memilih BAGAIMANA saya mencapai garis hidup saya itu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar