Vlog - Kali ini saya akan menceritakan pengalaman yang luar biasa (versi saya tentu, hehe). Perjalanan panjang yang saya tempuh dari Depok hingga Yogyakarta membawa kesan tersendiri untuk hidup saya. Kejadiannya sendiri cukup lama, sekitar 4 tahun lalu. Kisah ini bermula saat saya sedang melakukan perjalanan ke Jogja untuk keperluan akademik (atau dengan kata lain ngabisin duit orangtua, hehe) ke UGM, saat itu saya baru saja akan memasuki dunia kuliah.
Ketika itu saya berangkat dengan ber-kereta api-ria, asyik banget karena perjalanan seperti ini sebenernya menjadi hobi saya, terlebih berangkatnya di pagi hari sehingga membuat mata saya terus menatap dan menyaksikan alam sekitar, ya saya jadi bisa melihat pemandangan dari jendela kereta api.
Selama kurang lebih 9 jam on the rail dengan seorang diri alias sebatang kara, akhirnya saya sampai di Stasiun Tugu Jogja sesaat sebelum sholat Maghrib tiba, karena anggaran yang ada di saku saya sangat terbatas maka saya memutuskan untuk bermalam di Masjid DPRD Jogja sehingga saya tidak perlu merogoh uang saku dari kantong. Setelah saya selesai sholat maghrib, ternyata kondisi perut saya sudah menagih minta diisi maka saya langsung bergegas mendatangi warung pecel yang ada didepan masjid, hmmh yammy sekali ayamnya (tapi mahal). Ya sudahlah, saya sudah terlanjur duduk di bangku yang sudah disediakan gak mungkin juga saya membatalkan untuk tidak jadi makan hanya karena ayamnya mahal (mau ditaruh dimana wajah saya??). Sembari nunggu pecel saya sempatkan membaca Al Quran beberapa lembar, ternyata disebelah saya ada orang bule, dalam hati sudah niat ingin ngobrol dan menyapa bule tersebut tapi mengingat ke-luar biasa-an saya dalam berbahasa Inggris ya saya gak jadi ngobrol alias gak PD, hehe. Akhirnya "ayam spesial nan mahal" yang saya nantikan datang dan tandaslah dalam sekejap mata.
Dari arah masjid, terdengar kumandang adzan Isya, langsung saja saya menyelesaikan transaksi yang menyangkut hajat hidup saya ini (mahal euy). Bergegaslah saya ke masjid dan ternyata saya sudah tertinggal 1 rokaat. Saya pun berdiri di shaf ke-2. Tanpa merasa curiga, saya langsung taruh tas di belakang kaki saya persis, saya pikir ini kan masjid mana mungkin ada maling berkeliaran didalam masjid. Akhirnya sholat pun selesai dan ketika saya hendak mengambil Al Quran dengan cara memutar tubuh saya ke arah kanan (karena memutar kiri itu dilarang) dan yang terjadi adalah saya terperanjat pinang-lah!! Dan spontan saya berteriak :
"TAS SAYA ILANG!!!! TIDAK!!!"
Antara kaget-malu-marah-sebel-bingung, saya langsung celingak-celinguk nyari tas, wajarlah, karena saya sebatang kara di Jogja, ah papa kenapa nasibku begini? Langsung saya telepon orang di Jakarta, saya sudah sangat pesimis berada di kota orang terkena musibah pula dan minta pulang, tapi kata papa, lanjutkan perjuangan saja. Yah, dengan sedikit air mata di mata saya (yaiyalah, masa mata orang?) saya tetap bertahan di Jogja. Beruntung, HP dan dompet saya taruh di saku celana, tak terpikir bagaimana kalau saya taruh di tas juga, mau jadi apa saya di Jogja?
Tanpa pikir panjang dengan wajah yang sedikit memelas kemudian saya langsung menghubungi pengurus masjid dan meminta izin untuk menginap di masjid sembari meminta diantarkan ke kantor polisi untuk membuat surat berita kehilangan. Sepertinya akan panjang urusannya, pikir saya dalam hati. Sebenarnya dalam kondisi seperti itu saya masih terus berfikir “bener ga sih tas gue ilang” Tapi ini realita!! Di masjid pun masih ada maling, apalagi di luar sana..
Sebenarnya sih tas saya ga penting-penting banget, tapi jadi penting karena isinya itu, duh bikin nyesek banget deh mikirinnya. Akhirnya saya bergegas ke kantor polisi untuk mengurus semuanya. Kalau ga salah isi tas saya yang telah raib diambil tangan-tangan yang tak bertanggung jawab itu antara lain:
1. Baju salin dan kawan2nya (tau lah)
2. Walkman (gila jadul amat saya ya?hehe)
3. Buku latihan soal (yang sebenarnya ga pernah dibaca, tapi cuma diunjuk-unjukkin
doank ke temen2 saya di sekolah, hehehe)
4. Uang 3000 perak
5. Buku Dialog Peradaban (Anis Matta-Ary Ginanjar)
6. Dan yang paling penting ---> Kartu Tanda Peserta Ujian !!
Nah, sebenarnya yang ke-6 itulah yang paling penting dan bodohnya saya lagi, saya taruh itu di dalam tas!! Dan jadilah saya ke kantor polisi untuk membuat surat berita kehilangan kartu itu. Arghhhh tidak!!!,,
Selama dalam perjalanan menuju kantor polisi, saya mengobrol dengan bapak pengurus masjid yang baik hati ini, dari logatnya tampaknya beliau bukan asli dari tanah Jawa dan ketika saya tanyakan ternyata benar, beliau dari Sumatera. Ikut JT (kelompok kaum muslimin yang berjuang untuk memakmurkan masjid, barokallah Pak) dan akhirnya menetap di Jogja sudah 4 tahun (kalo ga salah inget,hehehe). Ditemaninya lah saya juga ke toko pakaian untuk membeli baju untuk ujian dan alat-alat tulis. Makasih banged ya Pak? Semoga Bapak selalu dirahmati Allah, aminn.. (dan maaf Pak, saya lupa nama Bapak, hehehe). Saya juga selalu dinasihati agar selalu berhati-hati dimanapun agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi menimpa saya. Dan akhirnya surat tanda kehilangan itu pun jadi...
Sebenarnya sih menurut saya, posisi tas yang saya taruh di belakan kaki saya persis sudah mengikuti prosedur yang ada, dalam artian bahwa saya pasti bisa merasakan adanya perubahan dalam pergerakan tas bila terjadi, yah mungkin kondisi Masjid yang terletak di daerah Jogja yang terkenal se-antero dunia (Malioboro) dan juga saya yang sotoy (apa lagi ini?) dan ngeyel (??), maka hilanglah barang-barang yang bersatu dalam tas saya itu.
Sepulang dari kantor polisi, sekitar jam 9 malam, tibalah 2 sosok pemuda yang turun dari kendaraan yang kemudian diparkir di pelataran parkir masjid, ternyata mereka dari Solo (kalo g salah) dan tujuannya sama dengan saya: hendak mengikuti ujian juga. Maka jadilah kami bertiga menginap di masjid. Ya setidaknya kehadiran mereka membuat saya tidak merasa menjadi sebatang kara. Saat itu saya sempat ngerasa bosen juga di masjid dan akhirnya sekitar jam 11 kami lompat pagar masjid (hehehe, bandel yaa?) dan jalan-jalan melihat-lihat Malioboro kala malam, setidaknya itu semua mengurangi beban dan kesedihan yang saat itu menimpa diri saya. Ahhh seandainya saya bisa seperti ini dengan teman-teman akrab saya.... Oiya, saya juga membeli tas kecil sekedar untuk menyimpan alat2 tulis dan lain2 maklum tas ransel yang saya bawa sudah menjadi milik orang lain sekarang alias di CURI!! Dan setelah itu kembali ke masjid (atau lebih tepatnya kompleks DPRD Jogja) kemudian tak lama kami terlelap meskipun ga lelap-lelap amat, banyak nyamuk sih, hehehe
Peristiwa di Jogja membuat saya berfikir bahwa harapan, impian dan realita terkadang tak berjalan seiringan, pasti ada hambatan di depan mata. Buat saya, Allah telah menggariskan jalan hidup saya. Dan juga tercipta sebuah keadaan dimana saya dapat memilih BAGAIMANA saya mencapai garis hidup saya itu.. sekarang tidak ada yang perlu saya sesali, semua akan indah pada waktunya.
Nb: Psssttt....akhirnya saya tidak jadi kuliah di Jogja, karena saya ternyata dapat kuliah di Jakarta...hehe
tidak aneh karena ada orang yang sengaja datang ke mesjid bukan untuk ibadah tapi niat maling, saya juga pernah kehilangan HP di masjid di saku jaket yang diletakkan di pinggir kanan di Bogor
BalasHapusitu lah hidup...hehehehe
BalasHapuskita senasib... saya juga pernah kehilangan barang di masjid
BalasHapusuntung saya belum pernah mengalaminya... :)
BalasHapus